Beliau lahir di Kalamun, suatu desa yang terletak tidak jauh dari kota di Poli Lebanon, Suriah pada tanggal 27 Jumadil Ula 1282 H atau Oktober 1865 M. ia hidup dalam keluarga dan lingkungan yang mengutamakan ilmu pengetahuan. Selain belajar dengan orang tuanya sendiri, Ia juga belajar dengan beberapa orang guru. Dia pernah masuk thariqat sufi selama beberapa tahun tapi Karena beliau tidak merasakan seperti orang sufi lainnya, akhirnya beliau mulai mencari tahu jawabannya dengan belajar ilmu ushuluddin, setelah belajar ushuluddin akhirnya beliau tahu kenapa dia tidak bisa tergerak hatinya dalam thariqat yang dia ikutin sebelumnya, dia menganggap bahwasanya itu adalah bid’ah, tidak di ajarkan pada masa rasulullah. Beliau menolak ajaran-ajaran sufi (thariqat) yang menurutnya dianggap sebagai bid’ah, dengan alasan orang-orang sufi itu tidak pernah peduli terhadap lingkungan sekitarnya melainkan memikirkan dirinya sendiri dan menganggap tentang tidak pentingnya hidup di dunia. Setelah keluar dari thariqat sufi, beliau mulai suka membaca buku-bukunya Ibn. Taymiah dan Muhammad bin Abdul Wahab, disanalah beliau menemukan pencerahan dan tertarik untuk memperdalam ilmunya, beliau masuk kepada ajaran-ajaran salafiyah. Beliau belajar banyak tentang pemikiran tokoh sebelumnya seperti Jamaludin al-afghani dan gurunya Muhammad Abduh terutama oleh majalah al-urwatul wutsqa.
Bersama dengan Muhammad Abduh, beliau membuat majalah Al-Manar. Mereka berdua mengisi majalah itu dengan berbagai hal, seperti masalah-masalah social, budaya, agama dan juga tafsir alquran , yang kemudian tafsir itu dikenal sebagai tafsir al-manar. Namun sayang, tafsir itu tidak sampai beres Cuma sampai surat an-nisa ayat 136 dalam pelaksanaannya, karena Muhammad Abduh telah meninggal. Selebihnya rasyid ridho meneruskan perjalanan Muhammad Abduh dalam menafsirkan alquran. Selain itu, ide pembaharuan yang telah dituangkan oleh rasyid ridha ini meliputi bidang agama, pendidikan, dan politik. Beliau berpendapat bahwa factor utama yang menyebabkan Umat Islam lemah, dan mengalami keterpurukan adalah karena sudah tidak ada laginya yang mengamalkan ajaran islam yang murni atau kaffah, menurutnya islam yang sekarang sudah tercampur dengan sesuatu yang tidak ada dan tidak pernah Rasulullah ajarkan sebelumnya seperti bid’ah, itu dilihat dari orang-orang sufi dan juga thariqat-thariqat yang mengajarkan bahwasanya dunia ini tidaklah penting, sehingga mereka hanya sibuk akan dirinya masing-masing dalam Ibadahnya kepada Allah.
Dalam bidang pendidikan, Rasyid ridha sangat antusias sekali dalam mengembangkan keilmuan bagi kaum muslim, bahwasanya Pendidikan lah yang paling diantara semuanya, beliau mengatakan membangun sarana pendidikan lebih baik daripada membangun mesjid, menurut beliau masjid itu tidak akan besar nilainya jika yang mengisinya adalah orang-orang bodoh tanpa ilmu. Namun, dengan membangun sarana prasarana pendidikan dapat menghahpuskan kebodohan. Dengan begitu pekerjaan duniawi dan ukhrawi akan menjadi baik. Dan untuk merealisasikan pemikirannya tersebut beliau mendirikan sekolah “Misi Islam” dengan nama “al-Dawlah wa-al Irsyad” di Raudat Kairo.
Dalam bidang politik, beliau ingin menyatukan umat islam dengan mengjarkan syari’at islam yang murni yang tidak tercampuri oleh bid’ah, umat islam harus dihimpun dalam kesatuan bangsa, agama, hokum, persaudaraan, kewarganegaraan, peradilan dan bahasa. Dan kesatuan disini adalah kesatuan atas dasar keyakinan yang sama. Karena menurut beliau salah satu penyebab kemunduran umat islam adalah perpecahan yang terjadi di antara umat islam itu sendiri. Beliau mengatakan bahwasanya sebuah Negara itu harus dipimpin oleh seorang khalifah (pemimpin) yang menjadi teladan bagi semuanya, itu di bisa dilihat pada masa khulafauurasyidin. Bisa dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran Rasyid Ridha ini meliputi bidang Agama, Pendidikan, dan Politik. Namun, beliau lebih memfokuskan kepada masalah pendidikannya, karena menurutnya, pendidikan menjadi dasar atau modal utama bagi kemajuan Islam kedepannya.